Senin, 25 April 2011

8 Kebohongan Mama


KEBOHONGAN MAMA YANG PERTAMA
Cerita bermula ketika saya masih kecil, saya terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, mama sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, mama berkata: “Makanlah nak, saya tidak lapar”

KEBOHONGAN MAMA YANG KEDUA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, mama yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, mama berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, mama memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu saya memakan sup ikan itu, mama duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang saya makan. Saya melihat mama seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada mamaku. Tetapi mama dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, saya tidak suka makan ikan”

KEBOHONGAN MAMA YANG KETIGA
Sekarang saya sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, mama pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, saya bangun dari tempat tidurku, melihat mama masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Saya berkata :”Mama, tidurlah, udah malam, besok pagi mama masih harus kerja.” Mama tersenyum dan berkata :”Cepatlah tidur nak, saya tidak capek”

KEBOHONGAN MAMA YANG KEEMPAT
Ketika ujian tiba, mama meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, mama yang tegar dan gigih menunggu saya di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Mama dengan  segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat mama yang dibanjiri peluh, saya segera memberikan gelasku untuk mama sambil menyuruhnya minum. Mama berkata :”Minumlah nak, saya tidak haus!”

KEBOHONGAN MAMA YANG KELIMA
Setelah kepergian papa karena sakit, mama yang malang harus merangkap sebagai papa dan mama. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu mamaku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati mamaku untuk menikah lagi. Tetapi mama yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, mama berkata : “Saya tidak butuh cinta”

KEBOHONGAN MAMA YANG KEENAM
Setelah saya, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, mama yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi mama tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan mama, tetapi mama bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Mama berkata : “Saya punya duit”

KEBOHONGAN MAMA YANG KETUJUH
Setelah lulus dari S1, saya pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya saya pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya bermaksud membawa mamaku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi mama yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadsaya “Saya tidak terbiasa”

KEBOHONGAN MAMA YANG KEDELAPAN
Setelah memasuki usianya yang tua, mama terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, saya yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk mamanda tercinta. Saya melihat mama yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Mama yang keliatan sangat tua, menatap saya dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak ksaya karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh mamaku sehingga mamaku terlihat lemah dan kurus kering. Saya sambil menatap mamaku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat mamaku dalam kondisi seperti ini. Tetapi mama dengan tegarnya berkata : “jangan menangis anakku, Saya tidak kesakitan”

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, mamaku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih mama !”

Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon papa mama kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan papa mama kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai bermama-rmama alasan untuk meninggalkan papa mama kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan papa dan mama yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lsayakanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar